Cari Blog Ini

Laman

Kamis, 31 Juli 2008

AGAMA DAN SIKAP TOLERANSI

Judul tulisan ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kata toleransi pun sudah menjadi terbiasa dalam setiap perbincangan kita baik di kalangan masyarakat umum , maupun para Cendekiawan di forum-forum Diskusi.

Toleransi dapatlah diartikan sebagai adanya saling pengertian, saling menghargai masing masing hak asasi individu seorang manusia serta adanya tenggang rasa untuk mau menerima perbedaan dalam pandangan serta sikap social dalam kondisi cara hidup adat, dan agama yang berbeda pula. Toleransi dan Agama memang dua hal yang tidak dapat dipisahkan namun harus diperjelas dalam batasan mana hal ini di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu kata toleransi harus dipahami secara benar dan proporsional dalam hidup berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat yang majemuk ini.

Fungsi agama bagi manusia

Berbicara mengenai agama atau kepercayaan, maka hal ini merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan seorang manusia yang diciptakan oleh Allah SWT, dan dengan adanya agama atau dengan diturunkan agama bagi umat manusia, maka diharapkan agar kehidupan manusia berjalan sesuai dengan rel atau aturan yang berlaku yang dibuat oleh Allah SWT. Agama berfungsi sebagai pedoman sekaligus filter kehidupan yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari hari dalam setiap gerak napas kehidupan manusia .

Dengan adanya agama maka disana diajarkan bermacam bentuk perbuatan kebaikan yang diperintahkan oleh sang pencipta alam yaitu Allah SWT untuk dilaksanakan oleh sang makhluq, sekaligus pula dijelaskan bermacam bentuk perbuatan yang dilarang untuk ditinggalkan dan dijauhi oleh sang makhluk. Allah SWT pun telah melengkapi penciptaan manusia dengan akal sebagai pembeda dari makhluk lainnya. Untuk itulah tinggal bagaimana manusia mempergunakan akalnya untuk dapat membedakan lalu memilih mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk.

Agama yang diturunkan oleh Allah SWT , adalah semata-mata demi kebaikan umat manusia, bukan untuk kepentingan dan kebutuhan Allah SWT. Oleh karena itu sekali lagi semua tergantung kepada manusianya,bagaimana sikap dan perilaku manusia itu dalam menjalani kehidupannya. Apakah manusia tersebut mau menjadikan agama sebagai filter dalam perilaku bagi kehidupannya di alam dunia ini telah sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam agama yang berfungsi sebagai pedoman atau kompas yang menunjuki arah kemana dan bagaimana manusia dalam menjalani kehidupan ini. Atau sebaliknya dalam menjalani kehidupan itu manusia malah menyimpang dari nilai-nilai agama itu sendiri. Namun semua itu akan berpulang kepada manusia itu sendiri. Firman Allah SWT : “ Barang siapa beramal baik, maka dia akan menerima balasannya, dan barang siapa beramal buruk,maka dia akan menerima balasannya “.

Manusia yang konsekwen terhadap ajaran agamanya maka dipastikan ia akan tidak akan kesasar dalam menempuh hidup ini, tidak salah arah, tidak salah jalan. Ibarat seorang yang melakukan suatu perjalanan jauh, maka sudah pasti dia telah memiliki yaitu petunjuk arah atau alamat yang akan menyampaikannya ke tempat tujuan disamping yaitu bekal yang harus dibawanya dalam perjalanan itu, Itulah sebabnya mereka menjadikan agama sebagai kebutuhan dalam hidupnya sama seperti pemenuhan kebutuhannya akan makan minum dalam kehidupannya bahkan lebih dari pada itu mereka dengan rela dan ikhlas menahan lapar dan haus demi satu hal yang sangat penting dan berarti dalam hidupnya yaitu demi mempertahankan demi mempertahankan ajaran agamanya, dan demi tidak melanggar agamanya, sehingga setiap episode kehidupannya diusahakan tidak keluar dari rel / jalur yang telah digariskan oleh sang Pencipta Allah SWT. Sebagai contoh kecil mungkin seorang gadis akan mempertahankan kehormatannya terhadap sang pacar sebelum dilaksanakannya nikah di depan penghulu, atau seorang Guru akan berusaha adil dalam memberikan nilai kepada para muridnya secara obyektif tanpa melihat siapa muridnya anaknya atau bukan, orang kaya atau miskin. Dalam kedua contoh tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa betapa peranan nilai agama menjadi filter dari prilaku seseorang dalam mengambil sikap dalam hidup ini.

Sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allhah SWT, dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara maka mereka tentu memmpunyai komtmen terhadap ajaran Islam itu sendiri antara lain :

· Tidak menjadikan agama sebagai lipstick, dalam artian dipakai manakala dibutuhkan atau dipergunakan pada saat tertentu saja, dan agama dilepaskan manakala kepentingan pribadinya terganggu, kebebasan hawa nafsunya terhalangi, sikap egonya tidak tersalurkan sehingga fungsi agama tidak berferan dalam konteks yang menyeluruh, total (kaffah) . Itulah sebabnya Allah SWT telah berfirman :

“ Masuklah kedalam agama ( Islam ) secara kaffah( menyeluruh) “. ( QS. …… : )

Artinya agama yang kita anut, hendaknya dijadikan sebagai pedoman hidup secara total menyeluruh untuk setiap segi kehidupan kita pada lintasan profesi manusia sebagai apapun perannya dalam kehidupannya. Sebagai pemimpinkah atau sebagai rakyat atau Sebagai Pejabat atau bawahan , Sebagai Guru atau seorang murid, seorang dosen atau seorang mahasiswa, atau seorang Ayah, Ibu atau anak didalam suatu keluarga yang secara otomatis sebagai anggota masyarakat dalam lingkungannya dimana ia menetap dan tinggal. Kalau setiap indipidu masyarakat sudah menjadi agama sebagai kebutuhan , pedoman, filter dan cermin, maka segala permasalahan dalam hidup ini dapat diselesaikan dengan baik.

· Adanya keyakinan bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul Nya dengan membawa agama sebagai aturan hidup yang berlaku menurut episode yang telah ditentukan dan sedikitpun tidak boleh ada perubahan dalam aturan yang dibuat oleh Allah SWT sehingga tidak ada presepsi dan pendapat manusia yang bercampur dalam ajaran kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. Islam dalam hal ini berkeyakinan bahwa Rasulullah Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir, tidak ada lagi Nabi selain beliau, dan agama yang beliau bawa pun sebagai agama yang terakhir dan berlaku untuk seluruh umat manusia di alam ini. Firman Allah SWT : “ Sesungguhnya agama yang diterima oleh Allah SWT adalah agama Islam “. Jadi jelas kalau sudah dinamakan Islam maka sudah pasti Rasulnya adalah Muhammad SAW.

Oleh karena itu berkenaan dengan berita yang masih hangat baru-baru ini bahwa ada sebagian umat yang mengaku beragama Islam namun masih saja bernabi kepada selain Nabi Muhammad SAW. Hal ini tentu tidak ada toleransi terhadap maslah tersebut. Tidak mungkin suatu perusahaan mengeluarkan produk yang tidak sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Boleh saja produk berbeda tetapi semua sesuai kode etik yang berlaku pada perusahaan itu.

Begitu pula tidak mungkin ada nama agama yang disebut Islam namun mempunyai nabi yang berbeda. Islam adalah agama yang satu dan tidak ada Islam ini Islam itu dan nabinya pun satu yaitu Nabi Muhammad SAW. Bukan si anu atau nabi itu.

Allah SWT menjanjikan kepada sekelompok manusia atau masyarakat akan suatu kehidupan aman, nyaman, damai tentram dan terbukanya pintu-pintu keberkahan yang penuh dengan ampunan dan ridho Allah SWT yaitu jika manusia mau mengikuti aturan dan ajaran Nya sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya :

“ Jika didalam suatu penduduk (masyarakat) dalam kehidupan senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, maka Allah SWT membukakan baginya pintu keberkahan yang datang dari langit maupun dari bumi “.

Dalam hal ini jelas bahwa ada suatu prasyarat yang harus dipenuhi oleh umat manusia yang menginginkan kehidupan aman dan tentram , damai dan sejahtera dan semua tidak dapat diperoleh dengan cara yang Cuma-Cuma dan gratis, tetapi semua itu harus dicapai dengan suatu usaha/ikhtiar dan sekaligus pengorbanan, dari manusia itu sendiri. Artinya apa yang kita inginkan tidak datang sendiri namun ada usaha dari manusia dan teknis maupun caranya tentunya telah Allah SWT jelaskan dalam kitab Al Qur’anul Karim yang diperjelas dari Contoh teladan Rasulullah Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir serta dari kisah-kisah para sahabatnya Khulkafaur Rasyidin. Hal ini berlaku kekal sepanjang kehidupan manusia.

OLeh karena itu pemhaman dalam beragama Islam yang benar dan utuh serta tidak sepotong-sepotong akan memberikan suatu pengertian yang utuh pula. Artinya suatu karya tulis akan bernilai baik apabila cara penyajian nya sesuai kaidah penulisan yang benar serta referensi yang lengkap dari buku sumbernya, tidak setengah setengah dan tidak pula sepotong-sepotong.

Sikap toleransi sebagai warga masyarakat antar pemeluk agama.

Sebagai warga , masyarakat dan juga bangsa Indonesia, kita memang berangkat dari keberagaman, baik keberagaman suku, bahasa dan tentunya agama. Perbedaan Agama dalam suatu masyarakat terkadang menimbulkkan ketegangan – ketegangan, dis communication dan sebagainya. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan masyarakat pemeluk agama tertentu dalam arti tidak memahami agama secara benar, bahkan belum meresap dalam hati dan jiwa sehingga agama yang dianutnya tidak menimbulkan dan tidak mencerminkan perbuatan-perbuatan mulia. Agama dalam diri manusia tersebut masih dikalahkan oleh nafsu dan dalam dirinya.

Setiap segi kehidupan manusia di dunia apabila dijalani dengan cara dan tuntunan agama berarti perjalanannya di dunia ibarat dengan membawa pelita penerang sehingga jalan yang ditempuhnya tidak akan kesasar dan pada akhirnya sampai kepada tujuan yang sebenarnya yaitu keselamatan dalam mengarungi kekhidupan yang kekal yang PASTI ADANYA ( Akhirat ). Itulah keyakinan yang diyakini oleh orang yang mengakui sebagai umat beragama. Dalam ajaran Islam sendiri dijelaskan bahwa : “ Dari carilah apa yang yang nanti akan menjadi bekal untuk kehidupan akhirat namun jangan kamu lupa akan nasuib kehidup[an mu di dunia “ . dan di ayat lain disebutkan bahwa : “ Tidak ada sedikitpun suatu perbuatan dan tingkah laku manusia yang tidak terlepas atau bahkan terlewat dari catatan sang penciptra alam ini yaitu Allah SWT “. Dan inilah suatu keimanan yang diyakini oleh umat Islam. Islam adalah agama masa depan, agama damai. Oleh karena itu umat Islam umat yang percaya diri, punya harapan tidak membuat atau mencari masalah tetapi justru islam datang untuk menyelesaikan berbagai masalah, apakah itu masalah pribadi, keluarga bahkan kepada masalah yang menyangkut hubungan masyarakat dalam pergaulan.

Di Negeri kita tercinta yang menerapkan system demokrasi ini dengan rakyat dan warganya bersifat majemuk ( plural ) bermcam agama yang dianut, maka hal ini ada kemungkinan terjadi benturan benturan kecil yang terjadi. Oleh karena sebagai masyarakat yang berbudaya sudah barang tentu masing-masing sadar akan keberadaannya dan tentu pula mengetahui batasan – batasan yang tak boleh disentuhnya. Sebagai muslimkah kah atau sebagai non muslimkah kita maka, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 29 dijelaskan bahwa semua warga masyarakat mempunyai hak yang sama dalam menjalankan ajaran agamanya maing-masing, bukan menjalankan bagian dari ritual agamanya dengan mengajak penganut agama lain untuk melaksanakannya bersama-sama. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa masing pemeluk agama menganggap ajaran agamanya lah yang paling benar dan agama lain salah.

Silahkan kepercayaan lain berargumen dengan kebenaran agamanya untuk umatnya sendiri dan agama Islam pun berargumen tentang kebenaran untuk umatnya sendiri. Islam sendiri mempunyai statement kebenaran Islam itu sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an : Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah SWT adalah hanya agama Islam “ dan umat Islam menyadari ini dan meyakini ini sampai menemui ajal kematian. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah SWT : “ Janganlah kamu hai umat manusia mati kecuali telah beragama Islam “.

Bagaimana sikap umat Islam terhadap agama lain tentang kebenaran Islam ini ? apakah ada keinginan umat Islam mengajak umat manusia untuk masuk Islam ? jawabannya adalah sudah pasti ada. dan bagaimana dengan agama lain apakah juga ada keinginan mengajak umat manusia untuk masuk agamanya ? jawabannya pun sudah pasti ada.

Nah disini tentu kembali kepada strateginya masing-masing , artinya dengan cara apa kita berbuat agar orang tertarik dengan apa yang kita bawa , apa yang kita promosikan. Dan secara logika bahwa barang yang mahal dan mulia tidak dengan cara murahan dalam memperkenalkan barangnya atau dalam memperomosikan barangnya, sudah pasti dilakukan dengan cara yang ramah, santun dan tidak ada intrik jebakan yang diarahkan kepada suatu penipuan.

Begitupun akan agama yang kita anut, maka kita tentu kembali kembali ajaran agama yang kita peluk masing-masing, artinya ketika kita sudah mengakui agama kita agama yang paling benar maka sejauh mana kebenaran agama yang kita akui itu untuk kita jadikan petunjuk kehidupan sehingga menjadi pedoman bagi tingklah laku kita dalam kehidupan sehari-hari yang tentunya tidak terlepas dari petunjuk dan aturan yang termuat dalam agama itu , sehingga agama yang kita anut bukan hanya sebagai identitas atau sekedar alat untuk mencapai kedudukan, jabatan atau agar kita jadikan sebagai alat untuk melakukan penipuan demi mendapatkan kenikmatan dunia. Oleh karena kalau umat Islam melakukan politik dengan dasar etika Islam hal ini berarti kita mulai menyadari apa yang dinamakan keutuhan ajaran Islam itu sendiri diaman aturan Islam berlaku dimana-mana baik dalam bisnis, rumah tangga, sosial maupun kehidupan berpolitik. Bukan sebaliknya Islam dijadikan alat politik, baik dengan cara mengkaburkan nilai nilai esensi Islam dan sebagainya.

Islam sendiri dalam mengembangkan ajarannya senantiasa dilakukan diajarkan agar dilakukan dengan penuh santun, nasihat nasihat yang baik, dan bila da kesalah pengertian maka hala itu diselesaikan dengan cara dialog yang santun pula dengan tidak meninggalkan cara berfikir akal yang sehat serta alas an logika yang mempunyai nilai moral yang dapat dipertanggung jawabkan. Hadits Rasulullah SAW : “ Ajaklah kepada jalan Tuhan Mu ( Allah SWT ) dengan nasihat yang baik , dan berargumentasilah dengan cara yang baik “.

Di negeri Republik tercinta ini tentunya terjadi apa yang dinamakan interaksi komunikasi dan kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai yang sangat positif seperti adanya musyawarah, mufakat, nuansa demokrasi dan sebagainya.

Negeri kita yang tentunya mayoritas muslim sudah barang tentu terjadi suatu hubungan – hubungan interaksi tersebut dalam hidup bergaul bermasyarakat satu sama lainnya baik sesame muslim maupun terhadap mereka yang beragama non muslim.

Dalam kontekls sebagai warga Negara maka dalam menjalani kehidupan bermasyarakat baik sebagai muslim maupun non muslim diterapkan kebiasaan untuk saling bekerja sama dalam hal hal yang bersifat aktifitas social, ekonomi seni dan budaya. Artinya di negeri yang subur makmur ini seluruh masyarakat yang ada diberikan kesempatan untuk berbuat dan berkarya dan bekerja sama untuk mencapai kemajuan dan nama baik bangsa dan negara.

Namun dalam pelaksanaan ritual ajaran agama, maka masing masing tentu sudah menpunyai batasan batasan yang sangat sensitive untuk dapat dihormat dihargai. Artinya seluruh masyarakat silahkan berlomba berbuat baik demi kehormatan bangsa dan Negara. Tetapi satu hal tidak berlaku yaitu dalam wilayah keyakinan dan keimanan bagi masing masing pemeluk agama.

Dalam Al Qur’an dengan jelas dinyatakan : “ Bagimu urusan agamamu dan bagi ku uruan agama ku “ Artinya dalam hal ritual ajaran agama , maka masing masing pemeluk agama silahkan menjalankan ritual agamanya masing-masing.

Berbeda dengan aktifitas social lain yang bersifat seni , atau bertukar budaya bahkan dalam suatu acara ditampilkan jadi satu dalam suatu pentas.

Inilah yang harus menjadi perhatian kita bahwa, Agama dalam pelaksanaannya harus dilakukan pada tempat tertentu dan aturan yang tertentu pula secara khusus. Tetapi ajaran dan nilai-nilai ajaran agama itu harus ada dimana – mana di setiap segi dan sudut gerak kehidupan kita.

Janganlah dengan alasan totelansi maka nilai – nilai kesucian agama terabaikan bahkan mungkin terinjak-injak tanpa disadari karena mungkin kebodohan kita sendiri.

Sebagai contoh dalam suatu acara yang dihadiri berbagai pemeluk agama maka apabila doa yang dipimpin oleh umat Islam , maka ada satu kalimat yang terucapkan yaitu : bagi yang beragama selain islam silahkan berdoa sesuai ajaran dan keyakinan masing-masing. Artinya berangkat dan star boleh saja bareng dan bersama –sama tetapi tujuan akhirnya tentu berbeda. Kenapa ? karena alamat yang berbeda , jalur yang ditempuh juga bebeda maka tidak muingkin akan mencapai satu tujuan yang sama.

Secara logika kiranya dapat direnungkan, sebagai contoh beberapa orang memegang tiket kereta yang logo dan tujuan yang sama, namun beberapa tiket sudah kadaluarsa, apakah sama perlakuan petugas terhadap mereka , maka tentu saja tidak sama. Kita yakin pemegang karcis kadaluarsa akan berebenturan dengan petugas dan dianggap sebagai penipuan sehingga mendapat proses secara hukum.

Begitupula ada satu agama yang sama, namun dalam satu keyakinan yang merupakan prinsip di dalamnya berbeda, apakah hal ini memberikan kenyamanan ? ketenangan ? kekhusyuan ?. kita yakin hal ini menjadi suatu hal yang mesti dibenahi dan diluruskan dikoreksi dsb.

Inilah keyakinan umat Islam yang tentu ajaran lain tidak bisa menyalahkan statmen ini.

Ketika umat Islam berbaur dengan umat beragama lain baik dalam kondisi minoritas maupun mayoritas, maka Islam menerapkan hokum yang berlaku atas perbuatan yang dipandang secara umum tidak baik, seperti pencurian, perampokan pemerkosaan, penipuan dsb dan umat Islam tentu tampil untuk mencegahnya, sesuai kemampuannya dan kewenangannya.

Namun dalam hal agama maka umat Islam tidak boleh memaksakan penganut agama lain memasuki ked dalam agama Islam, sebab Islam adalah agama petunjuk, agama kesadaran. Bukan paksaan. KECUALI bagi pemeluknya maka sudah pasti mereka terkena hokum yang berlaku secara intern sebagai pemeluk Islam. Artinya ketika mereka mengaku Islam lalu tidak shalat, tidak pusa tidak zakat, tidak haji padahal telah mampu. Maka mereka tentu kena hokum yaitu berdosa, dan dialah sendiri secara individu bertanggung jawab dihadapan Allah SWT kelak.

Kembali kepada masalah toleransi dalam beragama , maka jealasnya bahwa agama lainpun tidak boleh membujuk penganut agama lain untuk masuk ke dalam ajrannya dengan trik dan tipu dayanya. Dan masuk kepada suatu agama itu merupakan kesadaran. Bukan bujukan bukan pula paksaan.

Demi toleransi maka Umat Islam tidak perlu mengajak tahlilan atau mengucapkan Minal Aidin Wal Faizin pada umat beragama lain. Begitu pula umat lain tidak perlu mengundang acara agama nya kepada umat Islam. Silahkan masing-masing mendekatkan diri pada Tuhannya masing-masing.

Mari berlomba-lomba dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. dan masing masing pemeluk agama yang beragama ini silahkan berlomba menjalankan ajaran agamanya masing-masing bersama jamaahnya masing masing untuk mencari keridhoaan Tuhannya masingmasing. Memang kita punya cara dan etika masing masing dalam mendekatkan diri kita pada Tuhan kita masing – masing.

Namun perlu digaris bawahi bahwa demi toleransi maka jangan lah agama lain mengaku menganut agama yang sama, namun prinsipnya jelas-jelas berbeda.

Oleh karena itu mari tumbuh suburkan sikap toleransi yang sebenarnya yaitu saling menghargai dan menghormati dalam arti tidak ambil campur apalagi mencampur aduk ajaran agama ( ISLAM).

Mari kita segarkan kembali satu slogan yang cukup singkat namun bermakna sangat dalam, demi keutuhan dan persatuan kita sebagai bangsa Indonesia, kesatuan dan keutuhan kita sebagai umat yang satu yaitu umat Islam.

” Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh ”, khususnya disini ” Bersatu dalam aqidah ” semoga menjadi kenyataan Amin ya robbal alamin.

Semoga kita menjadi bangsa berbudaya yang dijiiwai nilai iman dan taqwa demi tercapainya negeri yang subur , aman dan makmur, gemah ripah loh jinawi, sebagaimana yang sering kita dengungkan dan kita dambakan bersama. Amin.

Jakarta, Juni 2008

A. Fauzi AGH.

021-92170496

TULISKAN DAN KATAKAN

TULISKAN DAN KATAKAN
Oleh : A. Fauzi A.GH.
Saudaraku……………………..
Katakan… sekali lagi katakan ...............
apa yang yang kau rasakan
Jangan kau simpan ...........
atau kau pendam ..........
Agar ia keluar dari samudra hatimu
Nan luas dan dalam .................

Tuliskan.... sekali lagi tuliskan..............
Dengan tintamu yang hitam pekat
Sampai isi tinta itu kering, habis dan lenyap
Agar tiada lagi beban rasa yang menyelinap

Buang segala keraguan .................
Tumbuhkan keyakinan ....................
Bahwa ke depan kita bukan lah sampah-sampah
Yang berserakan , terinjak injak dan terbuang

Dan .....ke depan kita bukanlah generasi
Yang berhandai-handai
Menanti...., mengharap ....,
Turunnya hujan di musin kemarau
Tanpa kepastian, tanpa cita–cita

Tuliskan ...!, dan Katakan ......! Namun, sadarlah ..........
Dialah Alloh, Yang maha mengetahui
Apa yang kita rahasiakan ...........
Dalam hati yang terdalam
Meski serapat apapun tersimpan

Seumpama bangkai bangkai yang terbungkus rapi..
Suatu saat kan terbuka, tercium, terbongkar jua ...........
Dan kamu kan tahu ........................
Semua, dan kita akan tahu .............
Siapa diri kita sebenarnya................
Tiada guna lagi peran dari sandiwara ...sandiwara
Yang kita mainkan .......yang kita perankan .......
Dan kita sebenarnya adalah pemeran sandiwara itu
Dia lah sang Sutradara ..............
Pengatur alur cerita yang kita mainkan
Dari detik detik kehidupan yang kita lalui .....
Allohu Akbar, Allohu Robbi........
Anta maqsudi.. waridhooka mathluubi.................


Saudaraku .........................
Jadikan lah apa yang kita tulis ..........
apa yang kita katakan .......................
Merupakan butiran – butiran mutiara
Butiran butiran berlian bercahya

Namun jangan ....... sekali lagi jangan .......
apa yang kita tulis .................
apa yang kita katakan ................
Merupakan sayatan sembilu
Yang melukai hati , melemahkan dan
menghancurkan semangat perjuangan . ..........
Lalu Jadikan apa yang kita tulis
apa yang kita katakan ................
Merupakan pembangkit motivasi,
Menggapai Harapan .......



Jadikan lah apa yang kita tulis
apa yang kita katakan ................
Merupakan tanda kesyukuran , bukti ketundukan
ketaatan pada kebesaran Tuhan

Jadikan pula apa yang kita tulis
apa yang kita katakan ................
Merupakan Penyesalan akan dosa dosa dan noda
Yang pernah kita lumurkan
Pada diri kita .................
saudara, keluarga ....................
bahkan pada bangsa dan negeri tercinta .....

Apa yang telah kita lakukan pada diri kita ?
Sebagai makhluk Allah, lalu .............sudahkah kita kenal diri kita ?
Apakah adanya kita di alam ini dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan ?
Lalu Sudah kah kita syukuri semua nikmatnya, syukur dalam ucapan? Atau Perbuatan yang diridhoiNYa ?
Sudahkan kita luruskan niat, bersihkan hati ?
Bukankah amal kita selama ini hanya sekedar memuaskan kebutuhan tubuh jasmani, sekedar mempercantik diri,
atau sekedar mengenyangkan perut memuaskan birahi liar seenaknya tanpa aturan, tak ubahnya bagai seekor binatang?
sementara ......... hati ini semakin gelap, rapuh, iman pun lemah, goyah dan jiwa pun terbelenggu ......................................................
terbelenggu oleh tipuan kenikmatan dunia yang sesaat
yang sebentar lagi akan kita tinggalkan, untuk selamanya ....
Apa yang mampu kita perbuat saat sang ruh berpisah dari badan ?
Lalu apa yang kita bawa disaat sang ruh menghadap Alloh ?

Tanpa tersadari terkadang kita terlampau senang dan lupa
disaat saat nikmati lezatnya hidangan .................
sementara di seberang sana, disudut desa, atau di emperan toko, di ujung jalan
Kita lupakan mereka menahan sakit, memegangi perutnya yang semakin lemas menahan rasa lapar.............

Saudaraku .................................
Masih adakah rasa kepedulian pada saudara kita yang lemah, miskin dan papa ?
Jangan biarkan mereka lapar...................
Jangan biarkan mereka sakit .................
Jangan biarkan mereka miskin ...............
Miskin ilmu, miskin iman dan aqidah serta ....
keyakinan pada Allooh.............................

Apa yang telah kita lakukan pada saudara saudara kita ?
Sebagai muslim, lalu ..........sudahkah kita perlakukan saudara kita seperti kita melakukan pada diri sendiri ?
Lalu pernahkah kita menceritakan keburukannya, keaibannya lalu kita beberkan pada setiap orang ?
Pernahkan terdengar kisah tentang orang orang yang memakan bangkai dengan begitu lahapnya lahapnya ?
Itulah umpama orang orang yang menceritakan aib saudaranya ?

Ternyata Persaudaraan kita selama ini hanya sekedar sekulit bawang, persaudaraan yang belum atas dasar iman , sependeritaan, sepenanggungan,
Persaudaraan yang hanya sebatas bisnis, materi dan kenikmatan dunia semata,
Lalu sudahkah terpupuk rasa cinta dan persaudaraan kita karena Alloh ?
Bahagia, derita suka dan duka, pahit manis kehidupan
Terasakan bersama dilalui bersama
Bersatu, berdiri kokoh, bagai tiang tiang bangunan terpancang
Dan saling menguatkan ..................

Itulah persaudaraan yang terikat dan terbalut oleh nilai nilai keimanan pada Allah yag maha Rahman

Lalu apa yang telah kita lakukan pada keluarga kita ?
Sebagai pemimpin keluarga , lalu .......sudahkah kita kenalkan anak-anak pada Khaliqnya ?
Sudahkah kita tuntun mereka ke jalan yang lurus ?
Sudahkah kita contohkan mereka akan akhlaq luhur ?
Sudahkah kita selamatkan mereka dari murka Allah ?





Saudaraku.........................
Selamatkan dan jagalah mereka dari sentuhan panasnya api neraka .!
Tak sadarkan bahwa selama ini kita membiarkan anak-anak kita, terjerembab, terjungkal lalu jatuh ................
Nampak istri dan anak anak kita keluar rumah dengan bebasnya , lalu kita banggakan ketampanan, kecantikan mereka tanpa tertutup aurat, sementara ..... mata mata liar di sekelilingnya memandangi dengan bebasnya, .... membuat bangkitnya angan-angan yang tak pernah kita tahu, suatu saat menjadi bumerang dan bom waktu yang siap meledak ....................
Lalu menghancurkan masa depan
Dan meracuni Generasi muda bangsa ini

Dan apa yang telah kita lakukan pada bangsa kita ?
Sebagai pemimpin umat, pemimpn masyarakat atau bangsa , lalu ..............sudahkah kita lindungi bangsa ini ?
Sudahkah kita penuhi janji janji kita pada mereka, yang kita ucapkan sebelum mereka mempercayakan kita duduk di kursi kebanggaan ?
Sudahkah kita bimbing mereka menjadi bangsa yang cerdas dan ber akhlaq yang mulia ? atau kita justru membodohi mereka ?
Sudahkah kita selamat kan pendidikan mereka ? atau justru kita semakin kikir terhadap harta kita ?
Tak sadarkan bahwa selama ini kita biarkan umat dalam kemiskinan, kebodohan.

Sementara kita biarkan mereka menikmati hidangan yang meracuni kehidupannya, dengan tayangan tayangan yang tak pantas dilihat oleh mata ...............
Dan kepribadian bangsa yang terkenal ramah santun itu kini pun mulai tercoreng ............. dan semakin hilang..............
Terkikiskah oleh maraknya budaya luar yang deras mengalir , tanpa bendungan dan maraknya tindak kriminal serta prilaku amoral
lalu mereka pun membawa badan tak tahu arah, berjalan bersama keterlenaan, ketidakpastian nasib dan masa depan
sementara mereka tak sadar jurang menganga siap menelan ..... ................................
Saudaraku jangan biarkan mereka hancur.....
Kita tidak tahu mungkin dari mereka , dari anak anak dan cucu mereka , ada sepercik harapan, ada sebutir mutiara tersimpan
Sebagai Generasi yang jujur, adil berbudi luhur
Yang siap mengharumkan nama bangsa negeri tercinta ini
di masa depan

Saudara ku ............................
Tuliskan .................. Katakan ................
Entah dihari siang atau tengah malam
Tentang Dia ............................................
Jangan ada ada keraguan padaNYA
Dialah Allah, Tuhan Yang Esa
Dialah Allah, Tuhan Yang Mah Kuasa , Adil dan bijaksana
Dialah Allah, Tuhan Yang Maha Kaya, Namun Pengasih
Lagi Penyayang pada makhluk makhlukNya

Namun ...........................
Dia pula Allah, Tuhan Yang Maha Keras, Kejam dan Pedih akan siksaan NYA
Pada makhlukNYA yang kufur, ingkar lagi angkuh dan sombong
Mereka yang enggan mensyukuri nikmat-nikmat NYA
Mereka yang membangkang pada aturanNYA
Mereka yang tak mau tunduk pada Hukum hukum NYA

La’in syakartum la’aziidannakum wala’in kafartum inna azaabi lasyadiid ......................



Jakarta 18 Maret 2007




A. fauzi A.GH
021-92170496